Tugas ke 1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.
Onong
Uchjana Effendy
Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Analisis
Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell
Sat, 10/11/2007 – 6:54pm — Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold
Lasswell.
Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa?
dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says
what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
Raymond
Ross
Komunikasi
adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa
agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Gerald
R. Miller
Komunikasi
terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar
untuk memengaruhi perilaku mereka.
Everett
M. Rogers
Komunikasi
adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak
penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Carl
I. Hovland
Komunikasi
adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan
(biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang
lain.
New
Comb
Komunikasi
adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif
dari sumber kepada penerima.
Bernard
Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi
adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
Colin
Cherry
Komunikasi
adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk
mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang
ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Definisi
komunikasi : Menurut Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan
terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa
“communication is the process by which a system is established, maintained and
altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi
adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan
tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan
aturan.
Analisis :
Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam menyampaikan
pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan
dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan,
mengubah isi dan makna, merespon pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya
di ruang publik. Dengan tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima
sinyal-sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh “source” (komunikator).
William
J. Seller
William
J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan
nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Tugas ke 2
2.UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
Dari
pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar
manusia hanya bias terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada
orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalu
didukung oleh adanya sumber, pesan ,media, penerima dan efek. Unsure-unsur ini
juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat
beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsure atau elemen yang mendukung
terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa proses tejadinya komunikasi.
Cukup di dukung oleh tiga unsure, sementara ada juga yang menambahkan umpan
balik dan lingkungan selain lima unsure yang telah disebutkan.
Arestoteles,
ahli filsafat Yunani Kono dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa
suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan
Arestoteles ini oleh besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung
suatu proses komunikasi public dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa
dimengerti, karena pada zaman Arestoteles retorika menjadi bentuk komunikasi
yang sangat popoler bagi masyarakat Yunani.
a.
Sumber
Semua
pristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
informasi. Dalam komunkasi antarmanusia, sumber bsa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya, partai., organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengiri, komunikator atau dalam bahasa
inggrisnya Source,sencer atau encoder.
b.
Pesan
Pesan
yang dimaksud dalam proses komunkasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalu
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasehat atau propaganada. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan
dengan kata message, cantent atau information.
c.
Media
Media
yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat bebrapa pendapat mengenai saluran atau media.
Ada yang enilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam
komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.
Selain
indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram,
yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.
Dalam
komunkasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca,
dan mendengarnya.
Media
dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan
media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kaba, majalah, buku, leaflet
, brosur, stiker, bulletin hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sementara
itu media elektronik antara lain : radio, film, televise, vedio recording,
computer, electronic board, audio cassette dan semacamnya.
Berikut
perkembangan teknologi komunikasi khusunya di bidang komunikasi massa
elektronik massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik makin
banyak bentuknya, dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara
media komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Hal ini disebabkan karena
makin canggihnya media komunikasi iru sendiri yang bisa dikombinasikan
(multimedia) antar satu sama lainnya.
Media
komunikasi seperti diatas, kegiatan dan tempat-tempat yang banyak ditemui dalam
masyarakat pedesaan, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi social,
misalnya rumah-rumah ibadah, balai desa, srisan, panggung kesenian, dan pesta
rakyat.
d.
Penerima
Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa
terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara.
Penerima
bisa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran,
komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver.
Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat
karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.
Penerima
adalah elemn penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
sasaran dalam komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah
pada sumber , pesan, atau saluran.
Kenallah
khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan
memahami karakteristik penerima ( khalayak ), berarti suatu peluang untuk
mencapai keberhasilan komunikasi.
e.
Pengaruh
Pengaruh
atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi
pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang ( De Fleur,1982). Oleh
karena itu, pengarh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
f.
Tanggapan Balik
Ada
yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada
pengaruh yang berasala dari penerima. Akan tetapi tetapi sebenarnya umpan balik
bisa juga berasal dari unsure yang lain seperti pesan dan media, meski pesan
belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan
perubahan-perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal
seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g.
Lingkungan
Lingkungan
atau situasi ialah factor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya
komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakini lingkuang
fisik, lingkungan social buday, lingkungan psikologis, dan demensi waktu.
Lingkungan
fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikai hanya bisa terjadi kalau tidak
terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit
dilakukan karena factor jarak yang begitu jauh, di mana tersedia fasilitas
komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkuangan social
menunjukkan factor social budaya, ekonumi dan politik yang bisa menajdi kendala
terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat
istiadat, dan status social.
Demensi
psikologi adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi,
misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lai, menyajikan
materi yang usia khalayak. Demenis psikologis ini bisa desebut demensi internal
( Vora, 1979 ).
Sedangkan
demensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakaukan kegiatan
komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu,
misalnya musim. Namun perlu diketahui demensi waktu maka informasi memiliki
nilai.
Jadi,
setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses
komunikasi. Bahkan ketujuh unsure ini saling bergantung satu sama lain. Artinya
tanpa keikutsertaan satu unsure akan member pengaruh pada jalannya
komunikasi. Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha
penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu:
Awal
tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal
dengan ”SMCR”, yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
Perkembangan
terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K,Sereno dan Erika
Vora yang menilai factor lingkungan merupakan unsure yang tidak kalah
pentingnyadalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Kalau
unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan diatas dilukiskan dalam gambar, kaitan
antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut.
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif
komunikasinya.
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari:
a.
Satu orang.
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan.
Peran
antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi 9 kemungkinan.
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat
berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan,
dan bahasa tulisan.
Sumber:
http://www.lusa.web.id/wp-content/uploads/2009/04/unsur-komunikasi-pesan.
Tugas ke: 3
3.Bagaimana Menyalurkan Ide
Melalui Komunikasi
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
- Ide (gagasan) => Si Sender
- Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata. - Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb. - Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan. - Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver. - Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
Tugas ke : 4
4. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi
Suatu ketika
keluarga kecil yang memiliki anak berumur lebih kurang tiga tahun pulang
kampung mengunjungi orang tuanya. Betapa senang hati si nenek karena mendapat
kunjungan dari anak dan cucunya. Mereka bermain dan bercengkrama bersama hingga
sore hari. Merekapun bermaksud untuk kembali pulang kerumah. Karena si nenek
masih rindu dan ingin bermain dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si
cucu tinggal dan tidur bersamanya. Akhirnya karena si nenek mendesak dan si
cucupun mau, maka jadilah si cucu menginap di rumah nenek dan kedua orang
tuanya pun pulang
Tengah malam, si
cucu terbangun dari tidurnya ingin buang air kecil. Lalu dia membangunkan
neneknya. “Nek bangun nek, aku
mau nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah
terbiasa dengan orang tuanya klo mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun
bangun dan berkata: “Cu, ini kan udah
malam, besok aja nyanyinya ya”. Lalu
merekapun tidur lagi.
Tidak berapa lama,
si cucupun terbangun karena sudah gak tahan mau buang air kecil. “nek bangun nek, aku mau nyanyi”, si cucu terus merengek kepada neneknya. Karena gak tahan
dengan rengekan cucunya maka si nenek berkata: “baiklah, kamu nyanyinya di teliga nenek saja ya”. Kontan si cucupun mengencingi telinga neneknya. Dan
nenekpun terpaksa menahan marahnya. Rupanya orang tua si cucu lupa
memberitahukan kepada si nenek kalau si cucu mau buang air dia akan bilang mau
nyanyi.
Demikianlah sebuah
anekdot yang berhubungan dengan hambatan dalam beromunikasi. Banyak hal yang
bisa menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S.
dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang
dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang
efektif, yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar.
Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang
kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin
kita dengar.
2. Mengabaikan
informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan
informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal,
kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang
berbeda. Komunikasi tidak akan
berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima
pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim
dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti
lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal
yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara,
tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-,
mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk
menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan
diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat
kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa
hal yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi
dapat kita lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si nenek dengan
si cucu. Nenek mengartikan kata nyanyi dengan arti sebenarnya, sedangkan
si cucu, -karena telah biasa menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-,
mengartikan “nyanyi” sebagai buang air kecil.
Semoga kita bisa
meminimalisir hambatan-hambatan tersebut, sehingga komunikasi yang efektif bisa
terjadi.
sumber: Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
5. Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Klasifikasi Komunikasi
dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan secara
langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi
mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/
berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi lisan yang
tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon,
handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara
dengan lawan bicara.
Komunukasi Tertulis
Komunikasi tertulis
adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya
pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan
dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa
surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
Komunikasi tertulis juga
dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum
dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah,
buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun
tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
Komunikasi Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol
verbal bahasa
merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa
yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
Komunikasi Non
Verbal
Komunikasi non
verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata.
2. Dari segi arahnya :
Komunikasi keatas
Porsi ini sebenarnya
dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi
ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki
yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk
kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
Komunikasi kebawah
Mengalir dari orang pada
hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk
instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
Komunikasi diagonal
Merupakan jalur
komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi
ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan
utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga
komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi
dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar
produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
Komunikasi satu arah
Pemberitahuan gempa
melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
Komunikasi Dua Arah
Berbicara dengan adanya
timbal balik/ saling berkomunikasi.
3. Dari segi lawannya :
Komunikasi Satu Lawan
Satu
Berbicara dengan lawan
bicara yang sama banyaknya
Cth:berbicara melalui
telepon
Komunikasi Satu Lawan
Banyak (kelompok)
Berbicara antara satu
orang dengan suatu kelompok.
Cth: kelompok warga
menginterogasi maling.
Kelompok Lawan Kelompok
Berbicara antara suatu
kelompok dengan kelompok lain.
Cth: debat partai
politik.
4. Dari segi keresmian :
Komunikasi formal
Komunikasi yang
memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.
Komunikasi informal
Komunikasi informal
adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi
tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi
komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan
kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat
seperti isu , gosip , atau rumor .
Tugas ke : 6
6.Faktor-faktor Perubahan Organisasi
Secara garis
besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
- Faktor
ekstern,
- Faktor
intern.
Faktor
Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang
berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat
responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu,
jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan
yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang
termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan
peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga
merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan
lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam
berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja,
jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang
diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau
hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga
setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau
tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak
tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan
tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang
berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari
berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis
merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu:
problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat
vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya
setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang
sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan
komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan,
misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan
tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan
menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya
anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan
problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah
informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan
yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan
hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi
dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam
organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan.
Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula
menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang
terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi
tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota
menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada
gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus
dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input
menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan
penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah
agar diperoleh hasil secara efisien.
Tugas ke : 7
7.Proses Perubahan Organisasi
Yang
dimaksud dengan proses perubahan adalah tata urutan atau langkah langkah dalam
mewujudkan perubahan organisasi. Langkah tersebut terdiri dari :a. Mengadakan Pengkajian : Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi apapun tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh daripada berbagai perubahan yang terjadi di luar organisasi. Perubahan yang terjadi di luar organisasi itu mencakup berbagai bidang, antara lain politik, ekonomi, teknologi, hukum, sosial budaya dan sebagainya. Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap organisasi, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak bersifat negatif apabila perubahan itu menjadi hambatan bagi kelancaran, perkembangan dan kemajuan organisasi. Dampak bersifat positif apabila perubahan itu dapat memperlancar kegiatan, perkembangan dan kemajuan organisasi atau dalam bentuk kesempatan-kesempatan baru yang tidak tersedia sebelumnya.
b. Mengadakan Identifikasi : Yang perlu diidentifikasi adalah dampak perubahan perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan organisasi harus diteliti secara cermat sehingga jelas permasalahannya dan dapat dipecahkan dengan tepat.
c. Menetapkan Perubahan : Sebelum langkah-langkah perubahan diambil, pimpinan organisasi harus yakin terlebih dahulu bahwa perubahan memang harus dilakukan, baik dalam rangka meningkatkan kemampuan organisasi maupun dalam rangka mempertahankan eksistensi serta pengembangan dan pertumbuhan organisasi selanjutnya.
Menentukan Strategi : Apabila pimpinan organisasi yakin bahwa perubahan benar-benar harus dilakukan maka pemimpin organisasi haru segera menyusun strategi untuk mewujudkannya.
d. Melakukan Evaluasi : Untuk mengetahui apakah hasil dari perubahan itu bersifat positif atau negatif, perlu dilakukan penilaian. Apabila hasil perubahan sesuai dengan harapan berarti berpengaruh postif terhadap organisasi, dan apabila sebaliknya berarti negatif. SUMBER :http://prismamika.blogspot.com/
Tugas ke : 8
8. Ciri-ciri Pengembangan Organisasi
Tujuan utama Pengembangan Organisasi
adalah untuk perbaikan fungsi organisasi itu sendiri. Peningkatan produktivitas
dan keefektifan organisasi membawa implikasi terhadap kapabilitas organisasi
dalam membuat keputusan berkualitas dengan melakukan perubahan terhadap
struktur, kultur, tugas, teknologi dan sumber daya manusia. Pendekatan utama
terhadap hal ini adalah mengembangkan budaya organisasi yang dapat
memaksimalkan keterlibatan orang dalam pembuatan keputusan yang efektif dalam
organisasi.
Menurut Robbins (1984), usaha PO pada umumnya diarahkan pada dua tujuan akhir, yaitu peningkatan keefektifan organisasi dan peningkatan kepuasan anggotanya. Lebih lanjut, Robbins merinci tujuan PO sebagai berikut:
(1) Meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan di antara anggota organisasi;
(2) Meningkatkan timbulnya konfrontasi terhadap masalah organisasi baik dalam
kelompok maupun antar-kelompok, sebagai kebalikan dari to sweeping problem
under the rug;
(3) Terciptanya lingkungan dimana otoritas peran yang ditetapkan ditingkatkan dengan
otoritas berdasarkan pengetahuan dan keterampilan;
(4) Meningkatkan keterbukaan komunikasi secara horisontal, vertikal dan diagonal;
(5) Menaikkan tingkat antusiasme dan kepuasan personal dalam organisasi;
(6) Menemukan solusi yang sinergis terhadap masalah; dan
(7) Menaikkan tingkat responsibilitas diri dan kelompok dalam perencanaan dan
implementasi.
Hampir semua pakar berpendapat bahwa pengembangan organisasi bertujuan melakukan perubahan (Thoha, 2002). Dengan demikian, jika diterima pendapat bahwa penyempurnaan dalam organisasi sebagai suatu sarana perubahan yang harus terjadi maka kemudian secara luas pengembangan organisasi dapat diartikan pula sebagai perubahan organisasi (organizational change) (Thoha, 2002: 8). Ditambahkan pula, PO merupakan suatu pendekatan dan teknik perubahan organisasi (Indrawijaya, 1983). Di dalamnya terkandung suatu proses dan teknologi untuk penyusunan rancangan, arah dan pelaksanaan perubahan organisasi secara berencana.
Ciri – ciri Pengembangan Organisasi.
Suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
Menurut Robbins (1984), usaha PO pada umumnya diarahkan pada dua tujuan akhir, yaitu peningkatan keefektifan organisasi dan peningkatan kepuasan anggotanya. Lebih lanjut, Robbins merinci tujuan PO sebagai berikut:
(1) Meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan di antara anggota organisasi;
(2) Meningkatkan timbulnya konfrontasi terhadap masalah organisasi baik dalam
kelompok maupun antar-kelompok, sebagai kebalikan dari to sweeping problem
under the rug;
(3) Terciptanya lingkungan dimana otoritas peran yang ditetapkan ditingkatkan dengan
otoritas berdasarkan pengetahuan dan keterampilan;
(4) Meningkatkan keterbukaan komunikasi secara horisontal, vertikal dan diagonal;
(5) Menaikkan tingkat antusiasme dan kepuasan personal dalam organisasi;
(6) Menemukan solusi yang sinergis terhadap masalah; dan
(7) Menaikkan tingkat responsibilitas diri dan kelompok dalam perencanaan dan
implementasi.
Hampir semua pakar berpendapat bahwa pengembangan organisasi bertujuan melakukan perubahan (Thoha, 2002). Dengan demikian, jika diterima pendapat bahwa penyempurnaan dalam organisasi sebagai suatu sarana perubahan yang harus terjadi maka kemudian secara luas pengembangan organisasi dapat diartikan pula sebagai perubahan organisasi (organizational change) (Thoha, 2002: 8). Ditambahkan pula, PO merupakan suatu pendekatan dan teknik perubahan organisasi (Indrawijaya, 1983). Di dalamnya terkandung suatu proses dan teknologi untuk penyusunan rancangan, arah dan pelaksanaan perubahan organisasi secara berencana.
Ciri – ciri Pengembangan Organisasi.
Suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
Tugas ke : 9
9. Metode
Pengembangan Organisasi
Metode Perubahan dan Pengembangan
Organisasi.
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
1. Sensitivity training, merupakan teknik OD yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback. Dalam teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
5. Intergroup activities. Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation. Dalam Process consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan koreksi.
7. Grip OD. Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third-party peacemaking. Dalam menerapkan teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
1. Sensitivity training, merupakan teknik OD yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback. Dalam teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
5. Intergroup activities. Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation. Dalam Process consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan koreksi.
7. Grip OD. Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third-party peacemaking. Dalam menerapkan teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
Sumber: http://ediwibowo88.blogspot.com/2010/05/pendahuluan-1.html
Tugas ke : 10
10. PENGERTIAN
pengertian itu adalah sikap memahami
seseorang.mengerti disaat orang tersebut susah,atau senang.mengerti hal-hal
kecil dari diri seseorang tersebut.mengerti kebiasaan orang tersebut yang
jarang diketahui orang lain.mengerti bagaimana cara menyelesaikan masalah orang
tersebut.mengerti bagaimana cara menghibur orang tersebut.mengerti apa pun
bahasa isyaratnya.kalo kriteria yang saya sebutkan ini,rasanya jarang jika
semuanya berada dalam 1 diri manusia.tapi mungkin ada 1 atau 2 kriteria yang
saya sebutkan ada di antara orang-orang.
Tugas ke: 11
Tugas ke: 11
11.Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan
Sumber: http://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/tipe-tipe-kepemimpinan/
Tugas ke: 12
12.Teori-Teori Kepemimpinan
Saat ini masih banyak penelitian dan diskusi yang
dilakukan untuk mencari penjelasan atas esensi dari kepemimpinan. Awalnya,
teori-teori kepemimpinan berfokus pada kualitas apa yang membedakan antara
pemimpin dan pengikut (leaders and followers), sementara teori-teori
selanjutnya memandang variabel lain seperti faktor-faktor situasional dan
tingkat keterampilan individual.
Teori
Genetis (The Great Man Theory)
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great
leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not made).Teori
ini dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki
sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas istimewa yang dibawa
sejak lahir, dan ditakdirkan menjadi pemimpin.Orang yang memiliki kualitas
tersebut diatas adalah pemimpin yang sukses, disegani bawahannya, dan menjadi
“pemimpin besar”.Pemimpin di bidang politik yang masuk daam kategori ini antara
lain Gandhi, Churcill, dan Mandela.
Senada
dengan hal tersebut, Kartini Kartono dalam bukunya membagi definisi teori
genetis dalam dua poin, yaitu: 1) pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi
terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasasejak lahirnya.
2) dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun
juga.
- Teori Sifat (Traits Theory of Leadership)
Teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang
mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok
untuk menjalankan fungsi kepemimpinan.Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi
karakteristik kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin.
Teori ini
menempatkan sejumlah sifat atau kualitas yang dikaitkan dengan keberadaan
pemimpin, yang memungkinkan pekerjaan atau tugas kepemimpinannya akan sukses
atau efektif. Pemimpin akan efektif dan berhasil jika memiliki sifat-sifat
seperti berani, berkemauan kuat, memiliki stamina lebih, mempunyai sifat
empati, berani mengambil keputusan, cermat dalam waktu, berani bersaing,
percaya diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang lain, loyalitas tinggi,
hubungan interpersonal baik, track record bagus, intelegensi tinggi dan
lain sebagainya.
Teori
Perilaku (Behavioral Theory of Leadership)
Disebut juga teori sosial, dan merupakan
sanggahan terhadap teori genetis.Pemimpin itu harus disiapkan,dididik dan
dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja(leaders are made, not born).
Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau
kualitas yang harus dimiliki pemimpin, tetapi memusatkan pada bagaimana cara
aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain, dan hal ini
dipengaruhi oleh gaya keemimpinan masing-masing. Gaya tersebut bisa berkembang
menjadi model human relationship atau task oriented.
- Teori ekologis atau sintetis
Teori ini muncul sebagai reaksi dari kedua teori
terdahulu (genetis dan sosial).Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses
menjadi pemimpin, bila sejak lahir dia telah dimiliki bakat-bakat kepemimpinan
yang dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan
tuntutan lingkungan.
- Teori Situasional (Situational Theory of Leadership)
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori
perilaku yang menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis
dan demokratis.Teori ini menyebutkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik
berdasarkan variabel situasional. Keefektifan kepemimpinan tidak tergantung
pada gaya tertentu pada suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin
berperilaku sesuai dengan situasinya. Jadi, pemimpin yang efektif adalah “on
the right place, the right time, and fulfill the needs and expectation of the
follower.”
- Teori Kontingensi (Contingency Theory of Leadership)
Teori ini memfokuskan pada variabel tertentu yang
berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan gaya kepemimpinan yang
paling cocok untuk situasi yang cocok pula. Menurut teori ini, tidak ada gaya
kepemimpinan terbaik dalam segala situasi.Keefektifan kepemimpinan ditentukan
paling tidak oleh tiga variabel, yaitu gaya kepemimpinan, keadaan pengikut,
serta situasi dimana kepemimpinan diterapkan. Teori ini merupakan pengembangan
dari teori situasional.
Teori
Kharismatik (Charismatic Theory)
Dalam teori ini, para pengikut memiliki keyakinan
bahwa pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan luar biasa, yaitu kemampuan
yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu.Pemimpin dianggap lebih tahu apa
yang akan terjadi di kemudian hari. Di Jawa, diistilahkan sebagai: orang
yang wicaksana, ngerti sakdurunge winarah.
Menurut Robert House, terdapat tiga komponen
utama sebagai indikator dari pemimpin kharismatik, yaitu: 1) memiliki
kepercayaan diri yang sangat tinggi, 2) dominan dalam segala hal, baik sifat
pribadi yang unggul, terpuji, dapat dipercaya, dan 3) memiliki pengaruh yang
sangat kuat hingga pengikutya seperti terbuai mengikuti perintahnya.
- Teori Transaksional (Transactional Theory of Leadership)
Juga disebut sebagai teori-teori
manajemen.Kajiannya berfokus pada peran pengawasan, organisasi dan kinerja
kelompok.Teori ini menggunakan pendekatan transaksi untuk disepakati bersama
antar pemimpin dan karyawan.Pemimpin mengambil inisiatif menawarkan bentuk
pemuasan bagi karyawan, (misal upahdan promosi).Jika kesepakatan telah terjadi,
maka pemimpin menindaklanjuti dengan merumuskan dan mendeskripsikan tugas
dengan jelas dan operasional, menjelaskan target, dan memotivasi karyawan agar
mau bekerja keras.Teori ini menggunakan prinsip sistem ganjaran dan hukuman (reward
and punishment).
- Teori Transformasional (Relational Theory of Leadership)
Disebut juga sebagai teori-teori relasional
kepemimpinan.Teori ini berfokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin
dan pengikutnya.Pemimpin memotivasi dan menginspirasi orang dengan membantu
anggota memahami potensinya untuk kemudian ditransformasikan menjadi perilaku
nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam
kebersamaan.Pemimpin transformasional biasanya memiliki etika yang tinggi dan
standar moral.
Untuk menjadi pemimpin transformasional, ada dua
tugas yang harus dilakukan, yaitu membangun kesadaran pengikutnya akan
pentingnya meningkatkan produktivitas organisasi, dan mengembangkan komitmen
organisasi dengan mengembangkan kesadaran ikut memiliki organisasi dan
kesadaran tanggung jawab pada organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar